14 Januari, 2014

KISAH SUAMI ISTRI YAHUDI YANG BERJUMPA RASULULLAH SAW DI DALAM MIMPI

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Siapapun bisa mimpi berjumpa Rasulullah SAW, bahkan non muslim pun ada yang mimpi bertemu Rasul SAW, sebagaimana sebuah kisah nyata yang pernah terjadi di Mesir dan diriwayatkan dalam kitab maulid Syaraful Anam.

Ada seorang wanita yahudi bertetangga dengan orang muslim yang suka merayakan maulid. Orang muslim ini gemar sekali membaca riwayat-riwayat tentang Baginda Rasulullah SAW dan suka mengundang para tetangganya yang lain untuk merayakan maulid Nabi SAW di rumahnya serta menjamu mereka.

Tetangga si muslim yakni si wanita yahudi tadi kerap menyaksikan dari rumahnya, para muslimin berkumpul di rumah tetangganya dan melakukan perayaan maulid Nabinya.

Pada suatu malam, ia bermimpi hadir di acara itu dan melihat orang yang wajahnya terang benderang dan indah, ia lalu bertanya kepada orang disekitarnya, “Siapakah orang tampan itu?” Lalu ada yang menjawab, “Beliau adalah Nabi Muhammad SAW.”

Si yahudi lalu bertanya lagi, “Apakah jika saya menyapanya, ia mau membalas sapaan saya?” Dijawab, “Beliau adalah manusia yang paling ramah dan selalu membalas sapaan orang lain.” Tanya si yahudi kemudian, “Apakah jika saya bukan muslim ia mau menjawab sapaan saya?” Dijawab lagi, “Beliau menjawab semua yang menyapanya.”

Maka yahudi itu berkata, “Wahai Muhammad…!”

Rasul SAW menjawab, “Labbaiki”

Wanita yahudi itu berkata, “Kenapa engkau menjawab Labbaik padaku (Labbaik adalah jawaban penghormatan dari yang dipanggil), padahal kau tahu aku bukan muslim?”

Rasul SAW menjawab, “Aku tidak mengucap Labbaik kecuali aku tahu bahwa kau akan mendapat hidayah.”

Wanita yahudi itu pun masuk islam di tangan Rasulullah SAW dalam mimpinya, dan ia berjanji akan membuat perayaan maulid untuk Nabi SAW. Ini semua terjadi dalam mimpi si wanita.

Esok paginya ia bangun dari tidur, dan ia ingat bahwa ia sudah masuk islam semalam dan ia tetap ingin meneruskan imannya itu. Ia menjadi lebih bingung karena sudah berniat membuat perayaan maulid, bagaimana dengan suaminya yang masih beragama yahudi?

Maka ia bangun di pagi itu. Ia melihat suaminya sedang berkemas dan beres beres di rumahnya. Di ruang depan ada banyak bahan makanan dan di halaman rumah ia lihat ada beberapa ekor kambing gemuk dalam keadaan terikat.

Sang istri bertanya dengan penuh keheranan, “Suamiku, kau mau apa? Kenapa banyak sekali bahan makanan di dalam?" Suaminya menjawab, “Aku mau buat perayaan maulid.”

Sang istri terkejut, “Maulid? Suamiku, apakah kau sudah masuk islam?”

Sang suami menjawab dengan tenang, “Aku masuk islam di tangan Rasul SAW semalam dalam mimpi sesudahmu.”

Subhanallah ..!

Allahumma Shalli wa Sallim 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Ali Sayyidina Muhammad ...

Wallahu a'lam bishshawab, ..
… Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci …

.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa atuubu Ilaik ....
____________________________________
BENTUK ASLI MALAIKAT JIBRIL YANG DIPERLIHATKAN KEPADA RASULULLAH


SUMBER : https://www.facebook.com/pages/Strawberry/203846879754531
»»  read more

17 Mei, 2012

Kejarlah Ilmu Wahai Muslimah

Dr  Kamal  al-HaIbawi, alim Mesir yang tinggal di Pakistan, dalam sebu-ah ceramahnya pernah mengi-sahkan pandangan seorang ,ula-ma tradisional tatkala ditanya komentarnya tentang peran perempuan dalam Islam: ,,Perem-puan hanya boleh keluar rumah dalam tiga kondisi, pertama keluar dan rahim ibunya saat ia dilahirkan. Kedua, keluar menuju rumah suaminya setelah perni-kahan dan ketiga keluar dari rumahnya menuju liang lahat, tempatnya beristirahat untuk selama-lamanya!"

Nah... Iho? Landasan apa yang digunakan sehingga ia ber-pendapat demikian? Apa dalilnya, dari sudut mana ia me-mandang permasalahan perem-puan dalam Islam ? Apa yang melatarbelakangi pernyataan itu muncul?
Mungkin itu serentet pertanyaan yang meluncur dari bibir kita saat mendengar fatwa sang ulama di atas. Tapi masalah peran dan posis muslimah, khu-susnya di bidang ilmiyah, dalam gambar kebangkitan Islam yang kian marak dan menjamur memang sebuah misteri yang masih remang-remang. Tak percaya? Coba saja simak urajan di bawah mi

Fenomena Muslimah

Bicara masalah perempuan, seperti yang Rasul katakan, jika tak hati-hati, sama dengan mengurai benang kusut yang memiliki banyak simpul. Sampai--sampai Rasul Saw pernah ber-sabda bahwa babus syaithan dan babun nisaa merupakan dua to-pik yang tak pemah habis dibahas, dikaji dan di seminarkan.

Namun in bukan berarti bah-wa dua bab ini tak dapat dikaji tuntas. Tentu bisa. Islam telah memberikan demikian banyak petunjuk, dimanakah orbit pe-rempuan dalam sistem raya Islam ini. Menurut tuntunan Rasul, Islam sebagai agama yang amat mem-perhatikan  masalah  keseim-bangan, menegaskan bahwa pe-rempuan adalah pendamping pri-a dalam upaya menegakkan kalimat Allah. Jika hendak diumpa-makan  wanita dan pria laksana dua bintang yang berada pada orbit yang berbeda, namun memiliki peran yang sama menentukan bagi kesimbangan jagat ini. Sama sepert yang Allah Ta’ala katakan : (QS Yasin : 40)

Tinggal memang, perkem-bangan zaman menghadirkan masalah-masalah baru bagi mus-limah. Hal-hal yang selama ini tak pernah ada dalam kamus kemuslimahan tiba-tiba muncul. Ide emansipasi dan ideologi feminisme masuk mengisi rongga otak banyak muslimah. Hasilnya berwujud berseliwerannya para perempuan memenuhi ruang perkantoran, pusat perbelanjaan, dan pabrik-pabrik. Se-bagian menoreh-kan prestasi di bi-dang ilmu, semen-tara sekelompok lainnya asyik me-nekuni bidang politik bahkan militer.

Dan,  banyak fakta menunjukkan bahwa   prestasi yang  dihasilkan kaum hawa ini tak beda jauh, seba-gian bahkan me-lampauli apa yang diraih pria.  Ide dan contoh nyata ini tentu membe-rikan inspirasi serta motivasi baru bagi sebagian muslimah untuk mengekor keberhasilan rekan sejenisnya di be-lahan bumi lain, mayoritas di barat. Arus ini bagaikan badai yang mener-jang benteng pertahanan yang se-lama ini dibangun untuk melindung perempuan  agar tetap ada dalam istananya.

Di sisi yang lain arus ini juga memunculkan pertanyaan pada sebagian muslimah ihwal gugatannya terhadap „pagar-pa-gar" yang selama mi membatas ruang geraknya dalam beraktivi-tas. Khususnya pada peran yang dapat diemban seorang musli-mah dalam gerak kebangkitan ummat yang tengah berlangsung mi.

Menggugat Mitos

Di antara masalah yang mungkin sering menggelegak dalam jiwa para muslimah namun takut untuk mengungkapkannya ke permukaan adalah banyaknya mitos yang berkembang mema-gari seorang muslimah.

Dr. Yusuf Qardhawi pernah melontarkan keheranannya saat ia melihat fenomena maraknya upaya menjauhkan para musli-mah dan majelis ilmu. ,,Tahun 70-an, saya terus menghadiri muktamar tahunan Asiosasi Ma-hasiswa Islam Amerika dan Kanada selama beberapa tahun, dimana ikhwan dan muslimah hadir menyaksikan jalannya cera-mah. Muslimah yang hadir disitu ikut mendengar komentar, perta-nyaan, jawaban dan diskusi ten-tang masalah-masalah Islam yang besar, baik menyangkut fikrah, ilmiyah, sosial, pendidikan dan politik. Tapi tahun delapan pu-luhan, suasana menjadi berubah. Ketika saya menghadiri beberapa muktamar di Eropa dan Amerika, saya temukan pemisahan total dua jenis kelamin itu. Saya lihat para akhowat tidak dapat meng-hadiri sebagian besar dan cera-mah-ceramah, diskusi dan semi-nar yang dikelola oleh laki-laki. Padahal forum itu begitu penting bagi wanita. Di antara muslimah ada yang mengadu pada saya tentang kebosanan mereka me-ngikuti ceramah-ceramah yang hanya seputar kewanitaan saja, seperti hak-hak, kewajiban dan kedudukan wanita dalam Islam."(Prioritas Gerakan Islam, Dr. Yu-suf Qardhawi, Buku Kesatu, hal. 98-99)

Itu baru satu kasus. Masih ada yang lain, seperti anggapan suara wanita itu aurat, bertanya melalui kertas, ketakutan menolak calon suami dan lain-lain. Dalam ma-salah yang khas dengan peran muslimah menuntut ilmu, mitos itu bisa tercium dari pandangan sinis terhadap mereka para muslimah yang aktif menekuni ilmu di bangku sekolah dan perguruan tinggi. Keengganan sebagian muslimah yang memiliki kesempatan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan bertolak dari anggapan bahwa bekal seorang muslimah yang utama adalah berbakti pada  suami dan menjadi ibu.  Sementara kebingungan melanda sebagian muslimah yang sudah menyelesaikan atau tengah berjuang menyelesaikan pendidikannya kemana akan dimanfaatkan ilmunya itu nanti. Semuanya tersimpul menjadi satu mengikat dan membatasi peran muslimah dalam sumbangannya terhadap kebangunan Islam.

Akar Masalah

LaIu kenapa pemikiran nyeleneh atau mitos ten-tang muslimah itu muncul dan malah seolah disahkan dalam aktivitas keseharian?  Ada beberapa penyebabnya.

Pertama, masalah keluasan pemahaman seseorang. Masalah kefahaman ini amat menentukan persepsi dan amal seseorang ten-tang suatu hal. Pemahaman yang luas, integral dan terpadu akan membat seseorang arif dalam mengeluarkan fatwa atau pen-dapat.
Islam tak pernah memandang dan menilai muslimah sebagai masyarakat  kelas dua dengan hak dan tanggung jawab yang lebih rendah dari kaum pria. Is-lam mewajibkan menuntut ilmu bagi wanita dan pria, nabi Mu-hammad saw mewasiatkan a-gar orang tua mengutamakan pendidikan anak perempuannya:

,,Barangsiapa mempuanyai anak perempuan, kemudian mendi-diknya, berbuat baik kepadanya, dan mengawinkannya, baginya syurga." (HR Ihnu Hibban)

Panggung sejarah keagungan Islam jelas banyak melibatkan peran aktiv kaum muslimah di berbagai bidang.

Di sisi jihad dan tadhiyyah (pengorbanan) mereka kepada Islam, tercatat Summayyah lah sebagai muslimah pertama yang menyum-bangkan nyawanya demi kei-manan dan memperoleh syahadah.

Manusia pertama yang me-nyambut da'wah Islam sekaligus menopang banyak manuvernya juga dari kaum  muslimah; Khadijah binti Khuwaiiid ra.

Selain itu banyak pula dikisahkan, para shahabiyyat ra yang turut membantu kaum muslimin dalam peperangan.

Di bidang pengetahuan juga tidak kalah. Para shahabiyat ra pernah meminta agar diadakan pertemuan khusus buat mereka dalam mempelajar ilmu, seba-gaimana yang dilakukan Rasul kepada para shahabat. Kemudian Nabi memenuhi kehendak mere-ka dengan memberikan waktu khusus.

Aisyah Ummul mu'-mminin ra dikenal sebagai orang yang paling ahil  ten-tang fiqih, kedokteran dan puisi. Karena ke-pandaiannya itu Rasu-luilah pernah berkata kepada para shahabat-nya: ,,Ambilah separuh agama kalian dan AI--Humairan ini, yakni say-yidatina Aisyah ra., Um-mul mukminin"

Dalam ilmu hadits, lbnu Asakir menyebutkan lebih dan delapan puluh wanita ahli hadits. Aliyah binti Hasan, pemimpin Bani Syaiban, seorang yang cerdik lagi terhormat se-ring dikunjungi oleh Shaleh Al-Marwi dan tokoh-tokoh ulama fiqih Bashrah untuk dimintai pendapatnya  tentang berbagai masalah.

Zainab binti Ummi Salamah,   dilukiskan oleh lbnu Katsir salah seorang yang paling da-lam ilmu agamanya di Madinah saat itu.

Selain itu, ada di antara para shahabat ra yang sering membacakan catatannya di ha-dapan seorang shahabiyyah yang bernama Ummu Sa'ad binti Rabi'. Mereka mohon dikoreksi bila terdapat kesalahan-kesalahan datam catatannya.

Ada Iagi yang bernama Ka'biyyah binti Sa'ad Al-Aslamiyyah, salah seorang dokter wanita. Beliau mendirikan tenda poliklinik yang bersebe-lahan dengan masjid Nabawi, memberikan pelayanan kesehat-an kepada masyarakat Islam. Atas jasa jihad dan sosialnya itu, Rasulullah memberinya hadiah se-buah anak panah di waktu pe-rang Khaibar.

Rasul juga pernah menunjuk  Asy-Syafa'  binti Abdullah untuk mengajarkan tu-lis-baca kepada kaum muslimin. Asy-Syafa' pun digelar „guru wanita pertama dalam Islam". Selanjutnya, masih sederet nama dan peristiwa iagi yang sejenis.

Uraian di atas, jelas meng-gambarkan bahwa Islam tak pernah mempersempit ruang gerak wanita menuntut ilmu dan me-nunaikan  kewajiban  mereka membangun peradaban masyarakat Islam. Mereka, para shahabiyyat mengerti kedudukan dan peranan yang mereka emban dalam menghasung pembangunan sebuah masyarakat Islam. Me-reka selalu aktiv dalam proses belajar dan mengamalkan ilmu-nya untuk orang lain, mereka berlomba mencapai tingkat per-juangan yang maksimal untuk membangun masyarakatnya.

Kedua, seringkali mitos-mitos itu muncul bukan didasari nilai-nilai Islam. Mitos dan aturan yang merugikan umat sendiri itu seringkali datang dan luar Islam: adat, tradisi, dan pandangan ma-syarakat setempat hingga reka-yasa musuh-musuh Islam.

Masyarakat pra Islam, baik zaman sebelum Rasul maupun zaman kini, kebanyakan meman-dang perempuan sebagal makh-luq yang berderajat rendah. Umar bin Khattab ra. pernah ber-ujar: ,,Pada zaman jahiliyah kami tak pernah memberikan hak apa-pun pada wanita. Sampai Allah Ta’ala yang Maha Tinggi menu-runkan perintah yang penting pada mereka dan memberikan pada mereka bagian yang tepat."

Aristoteles memandang wanita adalah ,makhluk yang belum sele-sai penciptaanya'. Sementara dalam Rig weda tertulis: ,,Tidak boleh menjalin persahabatan de-ngan wanita. Pada kenyataan-nya, hati wanita adalah sarang srigala." (Rig Weda, 10, 95, 15.)

Beberapa Pilar Peran Muslimah

Wanita muslimah bukanlah bilangan yang dapat diabaikan dan makhluq yang dapat disia--siakan. Rasulullah saw bersabda bahwa  wanita adalah saudara kandung laki-laki. Islam mem-herikan peluang yang sama besar pada laki-laki mapun perempuan untuk mereguk sebanyak mung-km  pahala yang Allah sediakan bagi mcrcka yang beramal.

Ada beherapa pilar yang dapat dijadikan sandaran bagi mus-limah untuk berkiprah dalam la-pangan ilmiyah di masyarakat:

Pertama, Pria dan wanita me-miliki derajat hak dan tanggung jawab yang sama disisi Allah Ta'ala. Namun jangan berpikir bahwa persamaaan ini juga mc-nuntut tugas yang sama. Sekali lagi, sebagaimana telah diungkap di atas, kcduanya ada dalam or-bit yang berbeda. Keduanya mc-miliki tugas dan peran yang berbeda-beda, namun saling melengkapi. Untuk itu, keduanya pun harus memiliki bekal yang cukup sehingga tugas yang diletakkan pa-da pundaknya dapat terlaksana.

Kedua, pria dan wanita diberi bekal fitrah dan potensi yang sama. Saat Allah Ta'ala men-ciptakan manusia, tak pernah dibedakan apakah ia perempuan atau laki-laki. Karena itu, peluang perempuan untuk berprestasi ter-buka sama lebarnya dengan laki--laki. Tinggal sekali lagi, tentu keduanya berada pada orbit ma-sing-masing.

Maka tak heran jika Rasu-lullah saw memuji wanita Anshar yang giat bertanya: ,,Allah akan merahmati wanita Anshar, me-reka tidak malu-malu lagi mem-pelajari agama."

Ketiga, wanita islam haruslah wanita yang penuh dengan vi-talitas dan kerja nyata. Rasulullah saw menganjurkan agar kaum wanita selalu berkarya,"Sebaik--baik canda seorang mukminah di rumahnya adalah bertenun." (Asadul Ghabah, jilid 1 hal.241)
Qailah Al-Anmariyah, seorang sahabiyah yang juga pedagang, pernah bertanya pada Rasul: ,,Ya Rasulullah, saya ini seorang pe-dagang. Apabila saya mau men-jual barang, saya tinggikan har-ganya di atas yang diinginkan, dan apabila saya membeli saya tawar ia di bawah yang ingin saya bayar. Maka Rasul menjawab," Ya, Qailah! Janganlah kau berbuat begitu. kalau mau beli, tawarlah yang wajar sesuai yang kau inginkan. dikasih atau ditolak."

Ustadz Umar Tilmisan menyatakan bahwa Islam tidak melarang seorang wanita men-jadi dokter, guru sekolah, tokoh masyarakat, perawat, peneliti da-lam berbagal bidang ilmu, penu-lis, penjahit serta profesi lain se-panjang itu tidak bertentangan dcngan kodrat kewanitaanya.

Keempat, hendaknya aktivitas dibidang keilmuwan itu tidak melupakan tugas utama seorang wanita  sebagai  penanggung-jawab masalah kerumah-tang-gaan. Firman Allah Ta'ala: Dan hendaklah kamu tetapdi rumah-rumah kamu ..." (QS al-Alizab: 33)

Jika keserasian ini terjaga, ma-ka tak hanya ummat Islam yang heruntung karena mendapat tam-bahan tenaga dan partner baru dalam berjuang, namun clta-cita menegakkan kalimat Allah kian datang mendekat. Semoga Allah Ta'ala selalu menyertai langkah kita. Amilin.

Sumber : Ishlah 7/II/1994
 

 

»»  read more

09 Mei, 2012

Bangkit Sekarang atau Allah Hancurkan!!

Kita terus menipu diri sendiri, seakan masih berada di jalur yang benar. Kita mengutuk habis-habisan kondisi eksternal yang menjadikan nasib kita begini. Padahal...

Mengapa bangsa yang mencintai dan memuliakan agama agung ini jadinya seperti ini? Kenapa kita seakan-akan membeku saat menyaksikan saudara-saudara Muslim kita tertindas, lemah, dan menjadi sasaran kebengisan kaum kuffar beserta kaki tangannya?

Kenapa nasib ummat Islam mengenaskan dan memprihatinkan? Kenapa kita menjadi mangsa bangsa-bangsa lain? Pertanyaan-pertanyaan ini sudah usang, tapi masih terus kita ulang-ulang, seolah-olah kita menampik dan menangkis kenyataan yang terjadi pada diri kita sendiri. Allah memberi petunjuk sederhana yang sangat strategis dalam al-Qur'an:

"Musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena ulah tanganmu sendiri." (asy-Syura: 30)

Sebaliknya, Allah Azza wa Jalla telah menjadikan sunnah kemenangan bagi ummat Islam yang tidak meleset sampai hari kiamat:

"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong Allah, Dia pasti menolongmu pula dan meneguhkan kedudukanmu." (Muhammad: 7)

Sungguh keterlaluan. Pada masa krisis seperti saat ini kita masih bisa mengada-ada untuk menghibur diri sendiri dan menutupi kelemahan di mata orang. Tidak ada yang lebih mudah dari menyalahkan angin yang berhembus dari timur daripada mengatakan kenapa kita datang dari barat. Belum pernah ada pengakuan bahwa kitalah yang salah, karena mendayung perahu menantang angin.

Sehari-hari kita menipu diri kita sendiri. seolah-olah kita telah berada di jalur yang benar. Kita mengira dan mengutuk habis-habisan kondisi eksternal-lah yang menjadikan nasib kita seperti ini. Keadaan luar itulah yang salah, bukan kita. Dengan demikian permasalahan selalu berada di lingkaran kemustahilan. Tidak ada yang bisa kita perbuat kecuali menutupi diri kita dengan tabir yang tebal agar kita tidak bisa melihat diri sendiri.

Pertanyaannya, sampai kapan kita bersikap seperti ini? Perubahan nasib ummat di tangan ummat itu sendiri. Kita tidak bisa mengarapkan siapa-siapa. Begitulah sunnah Allah.

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada suatu kaum sebelum mereka sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri." (ar-Ra'd: 11)

Untuk itu, jangan berangan-angan seolah-olah perubahan nasib ummat bisa dilakukan seperti membalikkan tangan. Pelu pejuangan panjang. Perlu ada perencanaan, program, dan agenda aksi. Bukan dengan angan-angan dan koar-koar kosong. Alah berfirman:

"Tidaklah dengan angan-angan kamu dan tidak pula dengan angan-angan ahlul kitab. Siapa yang berbat jahat akan dibalasi dengannya. Dia tidak akan mendapatkan selain Allah sebagi wali dan penolong." (an-Nisaa: 123)

Kali ini kita kalah di segenap medan perjuangan, baik ketika harus berhadapan dengan nafsu diri kita sendiri, dengan orang-orang kuffar yang melancarkan makar di dalam tubuh bagsa dan tanah air sendiri, maupun dengan bangsa-bangsa lain. Sebabnya jelas, pengabaian terhadap kepentingan-kepentingan yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanaahu wa ta'ala.

Musuh musuh Islam seharusnya segan kepada pada ummat Islam, takut dan khawatir untuk berbuat yang menggoyah kedamaian yang hendak dibangun di atas Islam. Akan tetapi kenyataannya terbalik. Ummat Islam justeru yang khawatir dan ketakutan kepada mereka. Hal ini karena ita tidak melaksanakan firman Allah berikut ini:

"Siapkanlah untuk (menghadapi) mereka kekuatan dan peralatan berupa (kuda-kuda (yang tangkas dan lain seumpamanya) yang mungkin kamu himpun untuk menteror musuh Allah dan musuh kamu serta pihak-pihak lain. kamu tidak mengetahui mereka, tetapi Alla-lah yang mengetahui mereka." (al-Anfaal: 60)

Bagaimana hal ini jika kita bandingkan dengan keadaan kita sekarang? Kenyataan menunjukan bahwa sampai saat ini kita belum mempersiapkan apa-apa. Kita masih belum melaksanakan perintah ayat ini, yang karenanya, jangankan musuh ketakutan, justru mereka yang selalu memulai inisiatif penyerangan. Mereka menganggap remeh dan kecil kekuatan Islam, sehingga dengan mudahnya mereka masuk, menyebarkan provokasi, dan selanjutnya memporak-porandakan barisan Islam dari dalam.

Negara-negara Muslim dewasa ini hidup dengan penuh keterantungan kepada negara-negara maju yang nota bene kafir. Seakan-akan habis ingatan kita, tentang bagaimana Raja Faisal mengembargo Eropa dan Amerika dari minyak ekspor Arab Saudi dan negara-negara Arab. Ketika itu sempat terangkat juga kedaulatan dan kewibawaan bangsa Muslim. Sementara kita saat ini bahkan tidak lagi menjadi tuan di negeri sendiri. Persenjataan tergantung kepada mereka, ekonomi tergantung kepada mereka, demikian juga dalam masalah politik. Tak ubahnya kita adalah robot-robot yang diprogram dan digerakkan oleh mereka. Lebih kejam lagi, kita yang telah menjadi robot itu diperhadapkan sesama robot yang tidak lain adalah saudara kita sendiri untuk saling menghancurkan.

Sebenarnya, Allah Swt telah menentukan sunnah-Nya, bahwa kita akan mendapatkan keberkahan dan kekayaan dengan syarat-syarat ini:

"Jika penduduk suatu negeri telah beriman dan bertaqwa, Kami akan membukakan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi." (al-A'raaf: 96)

Kenyataannya bahwa yang terjadi sebaliknya. Negara-negara Muslim, terasuk Indonesia kini memiliki kekayaan alam yang berlimpah, namun menderita kemiskinan dan kelaparan, kebodohan dan penyakit. Namun karena kekeringan iman dan keburukan Tauhid kita, ketika Allah Swt tidak lagi menjadi satu-satunya rujukan dan tujuan hidup, maka akibatnya adalah segala hal yang kini melanda kita sekarang.

Sungguh, nasib kita saat ini tidak kurang hanya karena kita telah mengabaikan perintah Allah, lupa terhadap peringatannya. Akibatnya Allah swt mendatangkan adzab yang dahsyat. Bukankah Allah telah memperingatkan:

"Hendaklah orang-orang yang meninggalkan perintah-Nya takut akan tertimpa fitnah atau adzab yang pedih." (an-Nuur: 63)

Ancaman Allah bahkan lebih berat lagi:

"Jika kamu berpaling, Dia akan mengganti kamu dengan kaum yang lain, dan mereka tidak seperti kamu." Muhammad: 3

Mengganti suatu generasi berarti menghancurkan dan membinasakan genarasi yang ada sebelumnya. Ini berarti kebinasaan dan kehancuran total. Bila suatu generasi sudah sulit diperbaiki lagi, tidak ada susahnya bagi Allah untuk menghancurkannya, sebagaimana sudah banyak disinyalir al-Qur'an tentang generasi terdahulu yang dihancurkan.

Untuk itu, sepantasnya bagi kita untuk mempelajari sejarah, menengok masa lampau terhadap generasi bangsa yang telah mengabaikan perintah-Nya. Sungguh sunnatullah itu telah berlaku di masa lalu, beralaku pula pada masa kini, dan akan tetap berlaku sampai akhir nanti.

"Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah. maka berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang pendusta." (Ali Imraan: 137)
»»  read more

05 Mei, 2012

Mengapa wanita muslim menolak memakai jilbab???

Berikut jawaban-jawaban populer dari wanita muslim:
1. "Hati saya belum mantap memakai jilbab"
2. "Iman terletak dihati, bukan pada pakaian"
3. "Allah belum memberiku hidayah"
4. "Susah dalam mencari pasangan"
5. "Aku masih ingin menikmati hidup, pakai jilbabnya nanti saja"
6. "Aku sudah memakai jilbab (kerudung bermodelkan jilbab)"

insha allah saya akan menjelaskan satu persatu tentang jawaban yang diberikan ( untuk lebih jelasnya Wallahu Alam Bissowab )

1. "Hati saya belum mantap memakai jilbab, jika hati saya sudah mantap, insya Allah saya akan memakai jilbab" Mengapa orang bisa menganggap hatinya belum mantap untuk memakai jilbab? padahal bukankah sudah jelas jika ia muslim, berarti ia wajib menjalankan perintah Allah. Muslim sendiri berarti menyerahkan diri, memasrahkan hidup dan matinya kepada Allah S.W.T. Dan setiap waktu kita berikrar tentang hal tersebut. Ingat bacaan shalat: "Inna shallaatii wa nusuukii wa mahyaaya wa mamaatii lillahi rabbil 'alaamiin". Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, hanya untuk Allah Tuhan sekalian alam. Kita semua yakin, semua yang diperintahkan Allah kepada kita, pasti ada manfaatnya bagi kita sendiri. Nah, sekarang Allah memerintahkan wanita muslim untuk memakai jilbab, apakah kita masih tidak yakin untuk menjalankannya, apakah kita masih belum mantap untuk menjalankan perintah Allah tersebut. Ingat Firman Allah:"Hai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan para wanita yang beriman, supaya mereka menutup tubuh mereka dengan Jilbab, karena yang demikian itu agar mereka lebih patut dikenali, dan tidak diganggu. Dan Allah itu Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Ahzab : 59). Dan jika Allah telah menyuruh kepada kita, apakah kita berhak menolak. Firman Allah: "Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah da Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Al Ahzab:36)"





2. "Iman terletak dihati, bukan pada pakaian". Jelas iman memang terletak dihati. Tapi pencerminan dari iman itu terlihat dari perilaku dan penampilan. Jika yang dilihat hanya hati, berarti boleh dong seseorang shalat hanya memakai pakaian dalam, karena yang penting shalatnya tersebut sangat khusyu. Dan patutkah menilai orang yang memakai pakaian minim, sebagai orang yang beriman?. Lagipula, jika memang sesorang itu beriman, ia pasti mengerjakan segala perintah Allah, seperti firman Allah diatas tadi.


3. "Allah belum memberiku hidayah". Takkan dapat hidayah seseorang, jika ia tidak mencarinya. Firman Allah: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan mereka sendiri."(Ar-Ra'd:11). Jika seseorang tidak mau mendalami agama Islam, walaupun ia muslim, maka keimanan dan ketaqwaannya takkan betambah, dan Allah takkan menambah kepadanya. Firman Allah:"Dan orang-orang yang meminta petunjuk, Allah (akan) menambah petunjuk pada mereka, dan memberikan kepada mereka ketaqwaannya".(Muhammad:17). Apakah kita sudah merasa puas dengan diri kita yang sekarang ini? apakah kita sudah merasa cukup dengan iman yang kita punyai ini sehingga kita tak mau mendapatkan lebih banyak hidayah? apakah kita yakin dengan iman kita yang sekarang ini kita bisa masuk syurga?. Firman Allah : "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan, sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta".(Al Ankabut:2-3)

4. "Susah dalam mencari pasangan". Sebenarnya wanita muslim yang memakai jilbab itu sedang menyaring atau memilih pasangannya atau jodohnya. Mengapa begitu? karena wanita muslim berjilbab pasti menginginkan jodohnya adalah laki-laki beriman yang mengerti dan taat agama, dan hanya lelaki beriman dan taat agamalah yang tahu dan mengerti bahwa memakai jilbab adalah wajib bagi wanita muslim dan beriman, maka dia akan memandang kalau wanita muslim tersebut beriman, karena telah mengerjakan perintah Allah tersebut. Jadi mungkin ada benarnya, wanita muslim yang memakai jilbab tidak atau sulit dilirik laki-laki. Karena tidak sembarang laki-laki yang tertarik kepada mereka, hanya laki-laki beriman yang mengerti akan agama yang tertarik. Dan bukankah itu lebih baik bagi mereka. Mendapatkan jodoh laki-laki beriman.

5. "Aku masih ingin menikmati hidup, pakai jilbabnya nanti saja". Hidup di dunia hanya sementara, apapun kesenangan di dunia ini hanya sesaat, sedang hidup di akhirat akan abadi, dan kesenangan di akhirat akan berlangsung selamanya. Apa kita mau menukar sesuatu yang bersifat sementara dengan sesuatu yang bersifat abadi?. Firman Allah: "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan di dunia hanyalah permainan, kelalaian, perhiasan dan berbangga-bangga di antara kamu dan berlomba-lomba banyak harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan petani-petani, kemudian menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ada ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya. Dan tiadalah kehidupan dunia melainkan kesenangan yang menipu".(Al Hadiid:20). Dan apakah kita tahu kapan kita akan mati? Siapa tahu ketika kita nanti memutuskan akan memakai jilbab, tiba-tiba ruh kita dicabut oleh Allah S.W.T.

6. "Aku sudah memakai jilbab (kerudung bermodelkan jilbab)". Pada saat ini banyak sekali wanita muslim yang tertipu dengan mode. Mode pada saat ini yang menyebutkan jilbab model baru, yaitu kerudung pada kepala dengan kedua ujungnya dilingkarkan ke leher si pemakai, tanpa menutupi dada, dan dipadu dengan baju tangan panjang, bahkan ada yang ketat. Seperti artis-artis di tv. Dan mereka menyebutnya sebagai jilbab. Apakah hal itu bisa dikatakan sebagai jilbab?. Kata Jilbab berasal dari Bahasa Arab, yang artinya pakaian yang lebar dan dapat menutup semua aurat wanita. Firman Allah: "Katakanlah kepada perempuan mukmin, hendaklah menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka. Dan janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang kelihatan daripadanya (seperti cincin). Hendaklah mereka menutupi dada mereka dengan jilbabnya...."(An Nuur:31). Bisa terlihat dari firman Allah tersebut, bahwa yang dinamakan jilbab adalah pakaian yang menutupi hingga ke dada, bukan hanya ke leher.

Saudari muslimku, tak ada niat jahat di hati ini dalam menyampaikan sedikit nasehat yang insya Allah berguna baik bagi penyampai maupun kepada yang disampaikan. Maaf beribu maaf, jika ada kesalahan atau kata-kata yang mGambarenyakitkan hati. Mungkin terlintas di benak saudari untuk apa menyampaikan hal ini, sedang si penyampai sendiri adalah laki-laki atau tak ada gunanya bagi si penyampai, tapi malah menjadi beban bagi yang disampaikan. Sekali lagi penyampai mohon maaf, sesuatu yang terasa berat, akan jadi mudah jika telah terbiasa. Dan mungkin firman Allah inilah yang menjadi jawaban penyampai.
"Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran". (Al Ashr:1-3)
»»  read more

24 April, 2012

Kisah Sahabat ( Ja'far Bin Abu Thalib )

Ja'far bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim masuk Islam sejak awal dan sempat mengikuti hijrah ke Habasyah. Ia malah sempat mendakwahkan Islam di daerah itu.

Dalam Perang Muktah, ia diserahi tugas menjadi pemegang bendera Islam. Setelah tangan kanannya terpotong dia memegang bendera dengan tangan kiri. Namun tangan kirinya juga terpotong, sehingga dia memegang bendera itu dengan dadanya. Akhirnya, ia mati syahid dengan tubuh penuh luka dan sayatan pedang.

Di kalangan Bani Abdi Manaf ada lima orang yang sangat mirip dengan Rasulullah SAW, sehingga seringkali orang salah menerka. Mereka itu adalah Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muthallib, sepupu sekaligus saudara sesusuan beliau. Qutsam Ibnul Abbas bin Abdul Muthallib, sepupu Nabi. Saib bin Ubaid bin Abdi Yazin bin Hasyim. Ja’far bin Abu Thalib, saudara Ali bin Abu Thalib. Dan Hasan bin Ali bin Abu Thalib, cucu Rasulullah SAW. Dan Ja'far bin Abu Thalib adalah orang yang paling mirip dengan Nabi SAW di antara mereka berlima.

Ja’far dan istrinya, Asma’ bin Umais, bergabung dalam barisan kaum Muslimin sejak dari awal. Keduanya menyatakan Islam di hadapan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebelum Rasulullah SAW masuk ke rumah Al-Arqam.

Pasangan suami istri Bani Hasyim yang muda belia ini tidak luput pula dari penyiksaan kaum kafir Quraisy, sebagaimana yang diderita kaum Muslimin yang pertama-tama masuk Islam. Namun mereka bersabar menerima segala cobaan yang menimpa.

Namun yang merisaukan mereka berdua adalah kaum Quraisy membatasi geraknya untuk menegakkan syiar Islam dan melarangnya untuk merasakan kelezatan ibadah. Maka Ja’far bin Abu Thalib beserta istrinya memohon izin kepada Rasulullah untuk hijrah ke Habasyah bersama-sama dengan para sahabat lainnya. Rasulullah SAW pun mengizinkan.

Ja'far pun menjadi pemimpin kaum Muslimin yang berangkat ke Habasyah. Mereka merasa lega, bahwa Raja Habasyah (Najasyi) adalah orang yang adil dan saleh. Di Habasyah, kaum Muslimin dapat menikmati kemanisan agama yang mereka anut, bebas dari rasa cemas dan ketakutan yang mengganggu dan yang menyebabkan mereka hijrah.

Ja’far bin Abu Thalib beserta istri tinggal dengan aman dan tenang dalam perlindungan Najasyi yang ramah tamah itu selama sepuluh tahun.

Pada tahun ke-7 Hijriyah, kedua suami istri itu meninggalkan Habasyah dan hijrah ke Yatsrib (Madinah). Kebetulan Rasulullah SAW baru saja pulang dari Khaibar. Beliau sangat gembira bertemu dengan Ja’far sehingga karena kegembiraannya beliau berkata, "Aku tidak tahu mana yang menyebabkan aku gembira, apakah karena kemenangan di Khaibar atau karena kedatangan Ja’far?"

Begitu pula kaum Muslimin umumnya, terlebih fakir miskin, mereka juga bergembira dengan kedatangan Ja’far. Ia adalah sosok yang sangat penyantun dan banyak membela golongan dhuafa, sehingga digelari Abil Masakin (bapak orang-orang miskin).

Abu Hurairah bercerita tentang Ja’far, "Orang yang paling baik kepada kami (golongan orang-orang miskin) ialah Ja’far bin Abu Thalib. Dia sering mengajak kami makan di rumahnya, lalu kami makan apa yang ada. Bila makanannya sudah habis, diberikannya kepada kami pancinya, lalu kami habiskan sampai dengan kerak-keraknya."

Belum begitu lama Ja’far tinggal di Madinah, pada awal tahun ke-8 Hijriyah, Rasululalh SAW menyiapkan pasukan tentara untuk memerangi tentara Romawi di Muktah. Beliau mengangkat Zaid bin Haritsah menjadi komandan pasukan.

Rasulullah berpesan, "Jika Zaid tewas atau cidera, komandan digantikan Ja’far bin Abi Thalib. Seandainya Ja’far tewas atau cidera pula, dia digantikan Abdullah bin Rawahah. Dan apabila Abdullah bin Rawahah cidera atau gugur pula, hendaklah kaum muslmin memilih pemimpin/komandan di antara mereka."

Setelah pasukan sampai di Muktah, yaitu sebuah kota dekat Syam dalam wilayah Yordania, mereka mendapati tentara Romawi telah siap menyambut dengan kekuatan 100.000 pasukan inti yang terlatih, berpengalaman, dan membawa persenjataan lengkap. Pasukan mereka juga terdiri dari 100.000 milisi Nasrani Arab dari kabilah-kabilah Lakham, Judzam, Qudha’ah, dan lain-lain. Sementara, tentara kaum Muslimin yang dipimpin Zaid bin Haritsah hanya berkekuatan 3.000 tentara.

Begitu kedua pasukan yang tidak seimbang itu berhadap-hadapanan, pertempuran segera berkobar dengan hebatnya. Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid ketika dia dan tentaranya sedang maju menyerbu ke tengah-tengah musuh.

Melihat Zaid jatuh, Ja’far segera melompat dari punggung kudanya, kemudian secepat kilat disambarnya bendera komando Rasulullah dari tangan Zaid, lalu diacungkan tinggi-tinggi sebagai tanda pimpinan kini beralih kepadanya. Dia maju ke tengah-tengah barisan musuh sambil mengibaskan pedang kiri dan kanan memukul rubuh setiap musuh yang mendekat kepadanya. Akhirnya musuh dapat mengepung dan mengeroyoknya.

Ja’far berputar-putar mengayunkan pedang di tengah-tengah musuh yang mengepungnya. Dia mengamuk menyerang musuh ke kanan dan kiri dengan hebat. Suatu ketika tangan kanannya terkena sabetan musuh sehingga buntung. Maka dipegangnya bendera komando dengan tangan kirinya.

Tangan kirinya putus pula terkena sabetan pedang musuh. Dia tidak gentar dan putus asa. Dipeluknya bendera komando ke dadanya dengan kedua lengan yang masih utuh. Namun tidak berapa lama kemudian, kedua lengannya tinggal sepertiga saja dibuntung musuh. Ja'far pun syahid menyusul Zaid.

Secepat kilat Abdullah bin Rawahah merebut bendera komando dari komando Ja’far bin Abu Thalib. Pimpinan kini berada di tangan Abdullah bin Rawahah, sehingga akhirnya dia gugur pula sebagai syahid, menyusul kedua sahabatnya yang telah syahid lebih dahulu.

Rasulullah SAW sangat sedih mendapat berita ketiga panglimanya gugur di medan tempur. Beliau pergi ke rumah Ja’far, didapatinya Asma’, istri Ja’far, sedang bersiap-siap menunggu kedatangan suaminya. Dia mengaduk adonan roti, merawat anak-anak, memandikan dan memakaikan baju mereka yang bersih.

Asma’ bercerita, "Ketika Rasulullah mengunjungi kami, terlihat wajah beliau diselubungi kabut sedih. Hatiku cemas, tetapi aku tidak berani menanyakan apa yang terjadi, karena aku takut mendengar berita buruk. Beliau memberi salam dan menanyakan anak-anak kami. Beliau menanyakan mana anak-anak Ja’far, suruh mereka ke sini.”

Asma' kemudian memanggil mereka semua dan disuruhnya menemui Rasulullah SAW. Anak-anak Ja'far berlompatan kegirangan mengetahui kedatangan beliau. Mereka berebutan untuk bersalaman kepada Rasulullah. Beliau menengkurapkan mukanya kepada anak-anak sambil menciumi mereka penuh haru. Air mata beliau mengalir membasahi pipi mereka.

Asma' bertanya, "Ya Rasulullah, demi Allah, mengapa anda menangis? Apa yang terjadi dengan Ja’far dan kedua sahabatnya?"

Beliau menjawab, "Ya, mereka telah syahid hari ini."

Mendengar jawaban beliau, maka reduplah senyum kegirangan di wajah anak-anak, apalagi setelah mendengar ibu mereka menangis tersedu-sedu. Mereka diam terpaku di tempat masing-masing, seolah-olah seekor burung sedang bertengger di kepala mereka.

Rasulullah berdoa sambil menyeka air matanya, "Ya Allah, gantilah Ja’far bagi anak-anaknya... Ya Allah, gantilah Ja’far bagi istrinya."

Kemudian beliau bersabda, "Aku melihat, sungguh Ja’far berada di surga. Dia mempunyai dua sayap berlumuran darah dan bertanda di kakinya."
»»  read more

31 Maret, 2012

Isbal !!!


Hukum Menjulurkan Pakaian Hingga Di Bawah Mata Kaki Bagi Laki-Laki (Isbal)

Islam adalah agama yang sempurna, sehingga tidak ada satupun perkara yang luput hukumnya dalam Islam. Di era sekarang ini, melihat mayoritas kaum muslimin mengenakan pakaian hingga melebihi atau di bawah mata kaki mereka. Dalam Islam, mengenakan pakaian hingga melebihi atau dibawah mata kaki dinamakan Isbal. Bagaimana hukum Isbal, maka Islam telah menjawabnya.

Hukum Isbal

Allah SWT menghalalkan pakaian sebagai penutup aurat dan perhiasan. Namun Allah SWT juga menurunkan ketetapan dan aturan dalam berpakaian yang tidak boleh dilanggar. Berlebihan dalam memanjangkan pakaian bagi laki-laki tidak dibenarkan dalam Islam. Maka kita sebagai orang yang mengaku muslim tidak selayaknya sengaja mengulurkan kita lengan baju atau pakaian bawah kita dari batas yang ditentukan. Berkenaan dengan permasalahan ini adalah, Islam memberikan batasan dan ketetapan bahwa pakaian seorang muslim laki-laki tidak boleh menjulur hingga melebihi atau dibawah mata kaki.

Rasulullah SAW telah melarang kita untuk menjulurkan pakaian hingga melebihi atau di bawah mata kaki (Isbal) dengan larangan yang keras dan disertai dengan hukuman yang berat.

Jika kita mengumpulkan hadits-hadits tentang larangan isbal bagi laki-laki, maka kita akan menjumpai hadits-hadits tersebut melarang secara mutlak dalam tiga keadaan:

Keadaan pertama: hadits larangan isbal dengan menyertakan lafazh kesombongan

Maksudnya adalah seseorang mengenakan pakaiannya hingga atau di bawah mata kaki dengan disertai perasaan sombong. Maka, orang semacam ini mendapatkan ancaman yang sangat keras.

Rasulullah SAW bersabda (artinya), "Allah SWT tidak melihat (dengan disertai rahmat) dihari kiamat kepada orang yang menyerat kain sarungnya dengan sombong." (HR.Bukhari-Muslim)

Rasulullah SAW bersabda (artinya), "Barangsiapa menyeret (mengulurkan) pakaian denga kesombongan, maka Allah SWT tidak akan melihatnya (memperhatikan) dihari kiamat"

Ungkapan (pakaian) mencakup semua jenisnya, baik kemeja, sarung, celana panjang, atau jenis lainnya.

Rasulullah SAW bersabda (artinya), "Isbal itu ada pada sarun, gamis, dan sorban. Barang siapa menyeret sebagian darinya dengan sombong, maka Allah SWT tidak akan melihatnya di hari kiamat."(Shahih riwayat Abu Daud dan An-Nasai)

Di atas adalah contoh dari sebagian hadits yang melarang Isbal bagi laki-laki dengan menggunakan lafazh sombong.

Keadaan kedua hadits larangan isbal tanpa menyertakan lafazh kesombongan"

Jika ada yang mengatakan, "Saya isbal dengan tanpa sombong", maka kami kataan bahwa hadits-hadits yang melarang Isbal tidak hanya berkutat pada isbal yang disertai kesombongan. Dalam artian, orang yang isbal tanpa disertai kesombongan hukumnya juga haram. Dan lebih haram lagi jika disertai dengan kesombongan.

Rasulullah SAW bersabda (artinya), "Tiga kelompok orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah SWT di hari kiamat, dan tidak akan dilihat oleh-Nya, juga tidak akan di bersihkan dan bagi mereka adzab yang pedih" (1)Al-Musbil (orang yang memanjangkan pakaiannya sampai menutupi mata kaki); (2) Al Mannan (orang yang suka memberi sesuatu, tapi sering mengungkit-ungkit pemberiannya); (3) Dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah bohong." (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda (artinya), "Apa yang ada di bawah kedua mata kaki berupa sarung (kain) maka tempatnya di neraka" (HR Bukhari)

Jadi, panjang maksimal pakaian (bawah) laki-laki muslim adalah sampai mata kaki saja, tidak boleh lebih dari itu.

Sebenarnya, isbal sendiri merupakan sebuah kesombongan. Rasulullah SAW telah menerangkan bahwa isbal adalah kesombongan. Rasulullah SAW bersabda (artinya), "Dan jauhilah men mejulurkan kain hingga dibawah mata kaki, karena hal itu termasuk kesombongan, dan sesunaguhnya Allah SWT tidak suka kesombongan". (Hadits Riwayat Abu Daud
dan At-Tirmizi)

Keadaan ketiga: hadits larangan isbal dalam shalat

Rasulullah SAW memberikan ancaman yang sangat keras bagi orang-orang yang shalat dalam keadaan isbal, yakni berupa ancaman tidak diterimanya shalat orang-orang yang menjulurkan kain (pakaian) hingga melebihi atau dibawah mata kaki. Rasulullah SAW bersabda (artinya), "Sesungguhnya Allah SWT tidak menerima shalat seseorang yang melakukan isbal." (HR. Abu Dawud)

Itulah hadits-hadits yang menerangkan kepada kita tentang haramnya isbal dalam setiap keadaan. Maka, wajib bagi kita untuk menjauhinya dengan cara tidak mengisbal pakaian kita. Dan hendaknya kita takut kepada Allah SWT akan hukuman-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang isbal. Allahu allam.

Source » http://www.wakrizki.net/2011/12/isbal-menjulurkan-pakaian-hingga-di.html#ixzz1qjmcf8bh
»»  read more

13 AURAT WANITA.!!!



  • Bulu kening – Menurut Bukhari, Rasullulah melaknati perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening – Petikan dari (Hadis Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari)
  • Kaki memakai gelang kaki berloceng – Dan janganlah mereka (perempuan) menghentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan – Petikan dari (Surah An-Nur Ayat 31.) Keterangan : Menampakkan kaki dan menghayunkan/ melenggokkan badan mengikut hentakan kaki terutamanya pada mereka yang mengikatnya dengan loceng sama juga seperti pelacur dizaman jahiliyah.
  • Wangi-wangian atau parfum – Siapa sahaja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zinanya terutamanya hidung yang berserombong kapal kata orang sekarang hidong belang – Petikan dari (Hadis Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban)
  • Dada – Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi bahagian hadapan dada-dada mereka – Petikan dari (Surah An-Nur Ayat 31.)
  • Gigi – Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya – Petikan dari Hadis Riwayat At-Thabrani, Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah – Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.
  • Muka dan leher – Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu seperti orang jahilliah yang dahulu. Keterangan : Bersolek (make-up) dan menurut Maqatil sengaja membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah.
  • Muka dan Tangan – Asma binti Abu Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah: Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja – Petikan dari (Hadis Riwayat Muslim dan Bukhari.)
  • Tangan – Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya – Petikan dari (Hadis Riwayat At Tabrani dan Baihaqi.)
  • Mata – Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya – Petikan dari( Surah An Nur Ayat 31.)

  • Sabda Nabi Muhamad SAW, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama sahaja manakala pandangan seterusnya tidak dibenarkan hukumnya haram – Petikan dari (Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.)

  • Mulut (suara) – Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik – Petikan dari (Surah Al Ahzab Ayat 32.)

  • Sabda SAW, Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi – Petikan dari (Hadis Riwayat Ibn Majah.)

  • Kemaluan – Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka – Petikan dari (Surah An Nur Ayat 31).Apabila seorang perempuan itu solat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam Syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya – (Hadis Riwayat Riwayat Al Bazzar.)

  • Tiada seorang perempuanpun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah – Petikan dari (Hadis Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah.)

  • Pakaian – Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan terutama yang menjolok mata , maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti – Petikan dari (Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud, An Nasaii dan Ibn Majah.)

  • Petikan dari (Surah Al Ahzab Ayat 59. )Bermaksud : Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali . Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang.

    Sesungguhnya sebilangan ahli Neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk Syurga dan tidak akan mencium baunya - Petikan dari (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.) Keterangan : Wanita yang berpakaian tipis/jarang, ketat/ membentuk dan berbelah/membuka bahagian-bahagian tertentu.

  • Rambut – Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam Neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya – Petikan dari (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.)


  • Source » http://www.wakrizki.net/2012/03/13-aurat-wanita.html#ixzz1qjh85A1m
    »»  read more